By Aryanando

Sinar redup menerpa dinding-dinding kokoh yang menjulang di kota yang indah ini. Secercah sinar yang masuk melalui lubang fentilasi yang hangat memaksa mata ini untuk terbuka setelah semalam suntup begadang. Geliat tubuh malas yang rutin terjadi di pagi hari pelajaran intensif, hal tersebut terjadi lagi hari ini. Bentakan dan percikan air di muka sudah biasa di rasakan. Saat ini sudah pukul setengah enam, sudah terbiasa Joni bangun terlambat sepreti ini. Segera terlihat bayangan sempoyongan si malas. Biasanya setelah bangun Joni langsung ke kamar mandi. Diantara keluarga ini memang jimi yang paling malas. Setelah menerima senenan rutin tiap pagi si malas yang berperawakan tinggi ini selalu makan dengan rakusnya. Setelah benda yang tak kenal lelah dan memiliki tiga jarum menunjukkan jam 06.15 Joni pun berangkat sekolah. Tak lupa si malas berpamitan dengan ibunya yang sedikit lebih pendek darinya.
Puluhan kendaraan lululalang melewati gerbang tua yang baru di renofasi. Joni yang telah menunggu lama gilirannya masuk melewati gerbang itu akhirnya terwujud. Si malas melihas sesosok pria kecil namun telah tua duduk santai di halaman mushola sedang menunggunya. Langkah pertama keluar dari mobil si joni yang berperawakan jangkung langsung di sapa oleh ki Salim yang telah menunggunya cukup lama. Salim dapat langsung menyapanya karenaJoni yang berperawakan tinggi dengan ciri khas topinya itu sudah melekat di hatinya. Joni yang tak dapat menahan rasa kangennya terhadap Salim langsung menghampirinya dan langsung memegang rambut ikalnya. “ Hahe Srikiwew yok po kabare brow ” sahut Salim. “ Haha tambah nglokor ae.” Jawab Joni.
Tak lama setelah mereka saling sapa-menyapa, mereka bersenda gurau di depan mushola. Memang sebenarnya hal tersebut tidak di perbolehkan. Namun karena hal tersebut telah menjadi makanan sehari-hari mengakibatkan para pnjaga hanya duduk santai di pos depan mushola.
“ Pek, gokil koen lem!!! ” melayanglah tepukan bersifat sapaan di pundak si ikal dari Febri yg mulai gak waras. Hal tersebut wajar karena setiap ada Salim dan ada febri selalu terjadi hal lucu dan aneh. Memang si aneh Febri mulai gak genah ketika dia bertemu dengan Salim.
“ Lo lo lo, bang febri teko, sayane kentekan obat rupane ” Jawap si ikal sambil menggelontorkan celotehannya.
Joni yang saat itu ada di sanping si ikal tertawa kecil sekedar menghilangkan kejenuhan. Tak di pungkiri lagi salim memang sosok anak yang sangat humoris. Bahkan Joni sering menangis dan sering sakit perut karena celotehan Salim.
Febri yang mulai ketularan kebiasaan Salim meyaela. “ Lem wingi Ti Sudrun kumat, de’e nyramahi kucing, jarene kun fayakun jadilah kamu kucing itulah awal dari takdirmu. Ngono jarene Lem, mari ngono kucinge di ceramahi. ”
“ Haha kumat wong iku, koyok awakmu ” balas si jenaka Salim. Joni pun terbahak-bahak.
Tak lama kemudian Salim mengajak si malas Joni untuk pergi ke kamar kecil. Di perjalanan mereka saling bercengkrama satu sama lain tentang pengalaman mereka. 
“ Jon, aku maeng budal liwat gang 5 dalane sempit, ono montor liwat. Aku bingung, langsung aku mencolot, aku terjun bebas nang peceren untunge ga teles. ” si ikal mengawali percakapan.
“ Langsung awakmu yo’po? ” jawab si malas Joni sambil tertawa terbahak-bahak.
“ Wadoh yo tak kesak raiku, lah wong aku di guyu-guyu ambek tukang ojek. ” Salim menegaskan kejadiannya.
“ Hahahaha, melas koen lem ” balas Joni sambil mengejek.     ” Lim koen sik iling ta nang panderman bien, hahaha koen tibo langsung lungguh nyantai ga tangi-tangi. ”
“ Waha wes tak lem nde otakku ga kiro lali. ”  sahut singkat Salim.
Lalu Joni mengingat-ingat kembali kejadian tersebut semua hal menarik tersebut terjadi pada 3 minggu yang lalu. Sebuah pagi yang indah dengan dingin yang menusuk tulang. Akhurnya Joni terbangun oleh kokokan ayam jantan yang memberi tanda awal untuk bekerja dan beraktifitas. Karena joni adalah anak yang malas dia tak segera mandi. Dia hanya berkeliat-keliat hingga akhirnya dia di sentak ibunya yang berbadan kekar. Lantas si malas langsung loncat dan nyaris jatuh dari ranjangnya. Yang awalnya lemot mendadak menjadi speedy karena suntikan banwitch dari ibunya. Bergegas si speedy ke kamar mandi dia mandi dan wudhu. Setelah itu si Joni lekas-lekas melakukan sholat, karena dia tau TNT yang ada dalam ibunya kapan saja dapat meledak.
Dua salam mengakhiri sholat Joni. Bagaikan modem speedy unlimited  yang sudah habis quotanya kini Joni kembali lemot seperti semula, dia kembali ke kamar dan ngecek update status FBnya. Tak sampai dia membuka opera mini4nya si malas heran melihat ada sms pagi-pagi begini. Tak pakai lama Joni langsung mengeceknya. Betapa terkejutnya dia bahwa SMS tersebut dari si ikal Ki Salim. Ki Salim akan melakukan kunjungan mendadak tanpa ada konfirmasi dan janji dulu. Joni yang saat itu sedang kangker ( Kantong kering ) pulsa bingung mau membalas SMS Ki Salim.
“ Yah jarno a ewes, mendingan ndelok brita ”  Joni yang kebingungan akhirnya pasrah dan mengambil remote TVnya. “ Wah film pagi-pagi gini jelek semua, etz sekali-kali ngomong bahasa Indonesia. Ah wayahe olahraga malah Dora.”  Gerutu Joni di dalam hatinya. “ wah bisa turun derajatku kalau ketahuan teman-teman sedang liat beginian. ” keluh Joni dalah pikirannya.
Tak lama kemudian, terdengar “ Tok, tok Assalamualaikum,” terbesit dalam hati Joni “ Wah Ki Salim teko. Waalaikumsalam.”  Jawab Joni lantang.
“ Lho Ki Salim.”  Sapa Joni ramah.
“ Lho pisan Mbah Joni.”  Jawab Ki Salim
“ Wah bagaimana kabare Ki, Masih nglokor ta?”  Tanya Joni sambil bergurau.
“ Tabah luntur Jon”  Sahut si ikal
“ Monggo masuk Ki Salim.” Ucap Joni mempersilahkan Ki Salim masuk. “ Buk, ada Salim iki lho.”  Joni memberi tau ibunya bahwa ada Salim.
“ Oh, ya”  jawab ibu Joni. “ Mau kemana Salim”  Tanya ibu Joni kepada Salim, sambil membawakan the hangat.
“ Oh, gitu. Hati-hati lho ya di jalan.”  Ujar ibu Joni memberi nasehat. “ Itu habiskan dulu tehnya.”  Suruh ibu Joni kepada Salim. “ Iya tante.”  Jawab Ki Salim singkat.
Setelah Salim menghabiskan Teh merek Sosro itu, bergegas si ikal mengajak Joni untuk berangkat. Jonipun segera menyetujuinya dan segera berangkat. Akhirnya dua sejoli tersebut berangkat tak lupa mereka berdua berpamitan kepada ibu Joni.“ Tante mau berangkat” pamit si Ikal. “ Hati-hati ya..”  Jawab ibu Joni.
Hawa dingin mengawali perjalanan mereka. Di perjalanan Joni berbicang-bincang sanat banyak dengan Ki Salim. Diantaranya nama paling aneh yang meraka pernah ketahui.
“ Ayo jawab pertanyaan saya, nama yang paling aneh yang pernah kau ketahui ”  Tanya Ki Salim.
“ Yo namamu iku lem sing paling aneh, masak ndek seragam mek inisial tok, S A L I M aneh namamu iku Lem.”  Jawab Joni
“ Waw menghina kau. Ngene-ngene anak mama”   Jawab Ki Salim.
“ Iyo-iyo”  Sahut si malas Joni
Lama mereka berbincang akhirnya mereka sampai di desa Toyomerto. Mereka rehat sejenak dan membeli minuman dan camilan untuk di perjalanan.
Tak lama setelah mereka mlanjudkan perjalanan mereka sampai di lereng gunung. Namun sialnya mereka malah tersesat, ditambah lagi si ikal membuat ulah. Terdengar suara benda jatuh yang tak salah lagi itu adalah si gokil Salim.
“ Opo’o Lem, ga popo ta” Tanya Joni cemas.
”Ga’ popo aku habis slancar” jawab Ki Salim mulai nglawak lagi.
“ Slancar gondolmu ta la wong ngglondong kyok ngono jare slancar.” Ejek Joni
“ Hehehe.” Salim tertawa.
“ Lholho ayo lem ndang tangi ayo ndang moleh iki.” Suruh Joni tegas karena Salim santai-santai di posisi jatuhnya.
“ Sek aku sek pewe.” Jawab Salim ngawur.
Dorongan keras dari belakang pundak Salim tiba-tiba menyela percakapan kami. Dan ternyata si stres Febri datang saat kami hampir sampai kamar mandi.
“Hei wez masuk iku lho ga nang kelas ta.” Sahut Febri
“ lho iyo ta” Tanya Salim
“ Wah surem raimu lem-lem” Jawab Salim
“ Ayo wes. Nang kelas” ajak Joni.
Akhirnya mereka kembali ke kelas dan melanjutkan pelajaran mereka.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar